Fakboi Love Story #2


Ninda adalah sosok gadis yang menarik. Berbeda dari cewek-cewek yang pernah kukecewakan, ia sulit ditaklukkan. Ya, ini tidak sesuai dengan dugaanku. Kuakui memang sedikit lebih susah mendapatkan hatinya. Tapi tak masalah, cewek mana yang tidak bisa diluluhkan hatinya oleh seorang Sena Aji Brata. Hal kecil semacam ini hanya batu kerikil buat seorang yang terlalu sempurna seperti diriku. Aku memang brengsek tapi cewek mana yang mampu menolak pesonaku. Sejauh yang kuamati, seorang cowok yang meskipun sangat baik tapi tampangnya kurang memadai akan selalu ditolak cewek-cewek tak tahu diri itu. Jadi apa bedanya diriku dengan mereka? Anggap saja ini merupakan karma yang pantas mereka dapatkan. Meskipun ada sih beberapa yang diterima. Tapi tetap saja, cowok dan cewek adalah dua spesies yang akan selalu mengecewakan satu sama lain. Suatu saat kau pun pasti akan menyadari hal itu.

Hari ini hari ketujuh aku mengenal Ninda. Dia cenderung cuek kepadaku. Aku tak tahu mengapa. Barangkali dia hanya berpura-pura saja. Ah sudah pasti berpura-pura, aku yakin itu. Walaupun sudah semingguan aku berhubungan dengannya, aku masih belum terlalu mengenalnya. Bahkan alamat rumahnya pun aku tak tahu. Hei, ini aneh bagiku. Biasanya dalam waktu 4 hari aku telah mengetahui seluruh seluk beluk hidup targetku. Misalnya nama neneknya, jam berapa dia makan siang, kapan dia ke kantor BPJS, semua aku tahu. Sedikit menyebalkan, sih. Ini semacam penurunan prestasi buatku.

Aku pun mencoba menghubunginya lagi. Akan kuajak dia makan malam hari ini. 

"Nin, sibuk gak malam ini?"  5 menit kemudian dia membalas pesan NIle-ku.

"Enggak. Kenapa?"

"Makan malam, yuk? Aku traktir."

"Dimana?"

"Red Salmon Resto. Bagaimana?"

"Eh, tapi itu kan restoran bintang lima. Pasti mahal banget."

"Udah gapapa sekali-kali. Mau kan?"

"Oke, deh kalo kamu maksa."

"Oke, Nin. Jangan lupa jam 8 aku jemput kamu. Boleh share location?

(Share Location)

"Makasih, Nin."

Rencanaku berhasil. Dengan sedikit keromantisan, Ninda pasti luluh setelah ini. Kuperintahkan seluruh karyawan Red Salmon Resto untuk tutup lebih awal dan menyiapkan sebuah makan malam romantis untuk nanti malam. Kalian pasti bertanya-tanya kenapa aku bisa menyuruh restoran itu tutup lebih awal. Ya apalagi kalau bukan aku pemiliknya. Restoran itu salah satu restoran termewah di Kota Botroso yang dibangun ayahku 2 tahun silam. Ayahku sengaja membangun restoran ini agar nantinya dapat kukelola. Dan ya, sekarang aku lah yang dipercayakan mengatur restoran ini. Asal kalian tahu, aku tak pernah mengecewakan ayahku selama ini. Aku sangat menghormati dan menghargai ayahku. Sejak aku kecil ayahku lah yang merawatku. Sendirian. Ayahku single parent sejak umurku 5 tahun. Selama itu pula ayahku telah menjadi sosok ayah dan ibu di waktu yang bersamaan. Ah tapi sudah lupakan cerita senduku. Aku dan Ninda sepakat untuk makan malam di restoranku jam 8 malam. Kuaturkan segala persiapan saat itu juga. 

Saat ini jam masih menunjukkan pukul 6 malam. Kuputuskan untuk pergi mengecek keadaan restoran. Restoranku hanya berjarak tak lebih dari 1 kilometer dari rumahku. Sesampai disana ternyata para waiters masih sibuk mengatur dekorasi, chef-chef profesionalku menyiapkan masakan terbaiknya, dan aku sendiri juga sedang sibuk. Kau tahu, ikat pinggang yang terlalu sempit ini membuatku berkali-kali memaksaku membenarkannya. Dan itu merupakan kesibukan bagiku. 

Meja-meja dipenuhi setangkai bunga mawar di vas kaca bening. Masing-masih meja mendapat satu, kecuali mejaku yang terletak persis di tengah-tengah ruangan. Di mejaku aku dapat melihat disana bukannya mawar merah biasa yang diletakkan, melainkan mawar hitam yang sangat langka di kota ini. Lilin aromatik membuat suasana ruangan menjadi lebih nyaman. Di lantai, di sekitar mejaku ditabur segala macam bunga membentuk simbol love. Sungguh romantis bukan? Kalau kau yang kuajak, dalam beberapa menit pun kau akan jadi gila karenaku.

Kuakui para pekerjaku cukup memuaskanku. Dan sekarang hampir jam 8. Setelah mengecek kembali semua persiapan, aku bergegas menuju lokasi yang telah dibagikan Ninda. Jalannya sedikit membingungkan, sih. Aku hampir nyasar 2 kali. Persetan dengan jalan berkelok. Tak sampai 15 menit aku telah sampai di rumahnya. Ninda menungguku di depan pagar rumahnya. Kulihat sekilas rumahnya tak seberapa besar, halaman rumahnya pun begitu. Dia mengenakan kemeja flanel hijau-hitam dan celana jeans hitam dengan totebag hitam menggantung di bahu kanannya. Simpel. Bahkan terkesan terlalu sederhana. Setidaknya untuk ukuran makan malam romantis.

"Selamat malam, Nona Cantik."  sapaku manis.

"Ih apasii, Sen."  kulihat dia merona

"Yuk, berangkat."

"Yuk."

Ninda pun menaiki jok belakang Harley-ku. Kurasakan dia sedikit tegang bersamaku. Dapat kumaklumi, sih. Siapa yang tidak dagdigdug saat berduaan bersamaku? Bersama spesies manusia tertampan di dunia yang kotor ini. Kami sampai di restoran setelah berkendara kurang lebih 15 menit.

"Sudah sampai, Nin."

"Wah besar juga ya tempat ini. Selama ini aku cuma bisa ngeliat dari internet. Ternyata jauh lebih besar dari yang kukira."

"Oh jelas, dong. Restoran ini kan bintang 5. Sudah gak diragukan lagi kualitasnya."

"Wahhh...."

Aku melihatnya begitu takjub dengan restoranku ini. Bagus, itu artinya dia menyukainya.

"Yuk masuk, Nin."  aku menggandeng tangannya masuk restoran.

Pintu restoran akhirnya dibuka untuk kami berdua. Sebuah konfeti diledakkan dari dua arah oleh waiters. Lagu-lagu romantis diputar, membuat suasana semakin syahdu. Alangkah terkejutnya aku saat Ninda tiba-tiba berteriak,

"Apa-apaan ini? Konfeti, bunga, lilin? Buat apa?"  Ninda tampak terkejut setelah melihat ruangan yang telah kusiapkan.

"Makan malam romantis. Kamu gak suka?"  aku menjelaskannya.

"Kita cuma makan malam ya, Sen. Gak ada romantis-romantisan. Aku gak suka."

"Tapi, Nin. Semua ini sudah kupersiapkan buat kamu, Nin. Aku pengen kamu seneng."

"Nyatanya aku gak suka, Sen. Maaf aku harus pergi." 

Ninda berjalan keluar area restoran. Aku bergegas mengikutinya.

"Kamu kenapa sih, Nin. Bukannya cewek suka sama hal-hal yang romantis?"

"Jangan kamu samakan aku sama cewek-cewek itu. Aku gak seperti mereka. Minggir!"  aku menghalanginya.

"Kubilang minggir! Aku mau pulang."

"Gak. Kamu gak boleh pulang. Kamu udah buat aku malu di depan karyawan-karyawanku!"  aku sadar aku keceplosan.

"Oh, jadi restoran itu milikmu ya? Pantas saja kamu ngajak aku makan malam disini. Tapi maaf aku udah gak ada keinginan buat makan di restoran mewahmu ini."

Sebenarnya aku ingin menghalanginya. Tapi entah kenapa kakiku tak mau bergerak. Aku terlalu malu dan tertegun sehingga aku tak dapat bergerak. Ninda lantas memberhentikan sebuah taksi dan meninggalkan aku. Penghinaan macam apa ini? Aku tak pernah diinjak-injak oleh cewek sialan sebelum ini. Penghinaan ini tak dapat kumaafkan. Dia membuatku kehilangan muka di hadapan 20 orang karyawanku. Aku tak dapat menerima ini. Akan kubalas kau tak lama lagi. Hasrat mempermainkan perempuan pada awalnya telah berubah menjadi hasrat balas dendam mulai saat ini.

[Bersambung]

Tunggu episode selanjutnya ya teman-teman. Pasti update kok. Kalian bisa follow Instagramku di @nunohjulio buat notifikasi kalau aku update. Stay tune ya kawanku!

1 Komentar

Anonim
Anonim mengatakan…
Ganteng, cerdas, mandiri, segalanya.. Tapi sayang Sena fakboi-.-