Cinta Buta

Cerita Cinta Buta

Siang ini Hari harus membeli beberapa bahan makanan di supermarket langganannya yang berada tak jauh dari rumahnya. Tak biasanya ia berjalan kaki. Namun hari ini, entah setan apa yang merasukinya, Hari memilih berjalan kaki. Supermarket itu berada di sebelah pintu masuk gang perumahannya. Selepas ia menyudahi belanjaannya, ia lalu membayar di kasir dan bersiap untuk pulang. Tapi begitu Hari keluar dari supermarket, matanya menangkap sesuatu yang familiar. 

"Tunggu sebentar. Itu, kan, Alin. Pacarnya Habib. Ngapain dia disitu, sama cowok pula." Hari setengah kaget setengah curiga.

Merasa janggal dengan pertemuan kekasih sobatnya itu, Hari nekat mencari tahu lebih jauh lagi. Hari bersembunyi di balik pos satpam yang memang tak jauh dari tempat mereka berdua bertemu. Dari jarak yang cukup dekat namun juga tak terlalu jauh, Hari dapat dengan jelas mendengar semua perbincangan mereka.

"Beb, kamu kapan mutusin si Habib itu, sih. Aku bosen backstreet terus. Mau ketemu harus sembunyi-sembunyi kayak gini." ucap si cowok.

"Sabar, dong, beb. Kan aku masih butuh dia. Butuh uangnya maksudku hehehe. Janji, deh, sehabis cowok goblok itu ngasih aku Iphone X aku bakal segera mutusin dia." kata Alin.

"Janji ya, beb? Aku risih banget tau ga."

"Iya sayangku. Janji."

Hari yang mendengar itu semua sebenarnya sangat kebakaran jenggot. Bisa saja ia langsung melabrak mereka berdua saat itu juga. Namun ia tak jadi melakukan itu karena Hari tahu si Alin akan bercerita yang tidak-tidak kepada Habib. Persahabatan mereka yang jadi taruhannya. Ia tak mau kehilangan sobatnya itu. Hari akan melaporkan hal itu kepada Habib saat bertemu. Kebetulan malam ini mereka berdua sama-sama harus menghadiri forum remaja di perumahannya.
 
Saat forum dimulai, tak banyak yang dibahas di forum tersebut sehingga acara tersebut selesai lebih awal. Ini memberi waktu lebih banyak kepada Hari untuk menceritakan hal yang dilihatnya tadi siang. Hal yang membuatnya sangat tergagnggu dan sangat marah.

"Oi, Bib. Sini, deh, lu. Gua mau ngomong." panggil Hari.

"Wah, tumben lu mau ngomong aja pakek izin segala." tukas Habib yang dari tadi makan gorengan.

"Sapa juga yang izin. Geer lu. Lu mau denger informasi penting ga dari gua?"

"Informasi penting apaan?" 

"Tentang pacar lu."

"Wah, si Alin? Eh tapi ngomong-ngomong soal pacar, lu percaya ga sih tentang kata orang-orang kalau cinta itu buta?" tanya Habib yang tiba-tiba melenceng dari pokok bahasan.

Hari memang sudah terbiasa dengan sifat sahabatnya itu yang seringkali keluar dari apa yang dibahas maupun apa yang akan dibahas.

"Tergantung respon lu ini nanti. Setelah gua kasih lu informasi yang gua bilang tadi." jawab Hari.

"Emang informasi apa, sih? Emang Alin ngapain?" kata Habib sedikit penasaran.

"Pacar lu selingkuh. Lu cuma dimanfaatin doang sama Alin. Tadi gua mergokin dia ketemuan sama cowok di depan Indomerit."

"Ngomong apaan, sih, lu, Har? Alin bukan cewek yang kayak gitu, ya, asal lu tau. Alin orangnya setia sama gua, gak mungkin dia selingkuh." jawab Habib dengan sedikit emosi.

"Ya terserah lu mau percaya apa nggak. Gua cuma ngasih tau doang."

"Ah, elu aneh=aneh aja. Terus gimana jawaban lu tentang cinta itu buta tadi?"

"Iya gua percaya."

Hari tak mau melanjutkan lebih jauh. Toh si Habib sudah buta karena cinta. Orang buta kalau tiba-tiba ditawarin bantuan, cuma dua responnya. Langsung percaya dan menerima bantuan atau sebaliknya, curiga dan menolak bantuan tersebut. Nanti juga yang kena imbasnya juga si orang buta itu. Palingan kalau nggak sampai tujuan ya paling kesandung doang.

1 Komentar

Anonim
Anonim mengatakan…
Keren. Tetap semangat menulis kak, aku penggemarmu