Dunia mengalami banyak perubahan pada dekade ini. Perubahan ini mempunyai range yang sangat luas dalam mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, baik itu perubahan positif maupun perubahan negatif. Perubahan positif tentunya sangat dinanti-nanti oleh umat manusia karena manfaatnya yang dapat membantu menyongsong kehidupan agar menjadi lebih baik. Sementara untuk perubahan negatif, apakah semua manusia sudah siap menghadapinya?
Perubahan negatif ini menjadi momok tersendiri bagi masyarakat luas karena sebuah pola pikir kuno atau tradisional, yang menganggap sebuah masalah atau konflik hanya menghasilkan sesuatu yang buruk saja. Padahal, konflik atau masalah ini mempunyai peranan penting untuk pembelajaran di masa yang akan datang. Apa yang terjadi dengan masalah atau konflik ini tidak serta merta hanya membentuk hal-hal negatif, tetapi umat manusia juga harus mengondisikan mindset-nya untuk mengambil hikmah atau manfaat positif dari adanya suatu masalah. Jika kita hanya melihat suatu kejadian dengan mata dan pola pikir negatif, maka kapan kita akan belajar dari pengalaman?
Ketika membicarakan perubahan negatif, maka otak kita akan
langsung berfokus kepada bagaimana cara kita beradaptasi dengan perubahan
negatif ini, apakah kita harus melawan perubahan ini, ataukah kita harus hidup
berdampingan dengan perubahan? Konsep seperti ini terjadi di salah satu
perubahan besar yang sedang kita hadapi kali ini, yaitu situasi pandemi COVID-19. Pandemi COVID-19 merupakan salah satu perubahan negatif yang terjadi
di era saat ini, yang meliputi berbagai macam aspek sebagai imbas dari adanya
kondisi ini.
Pada awal-awal terjadinya pandemi ini, masyarakat kita
mengalami berbagai macam perasaan ketakutan dan kecemasan, karena penyakit ini
digadang-gadang sebagai penyakit mematikan serta sangat mudah ditularkan, hanya
melalui droplet saja. Alhasil, dalam waktu singkat terjadi berbagai macam
kekisruhan sosial karena semua orang merasa panik, takut, dan cemas. Ketika
pandemi ini pertama kali masuk di tanah air, semua orang mulai menunjukkan sisi
buruknya masing-masing. Sisi buruk ini berupa berbagai macam hal seperti
keegoisan, kenaifan, pemaksaan, kekerasan, dan lainnya. Memang benar pepatah
bahwa manusia akan terlihat sisi buruknya ketika berhadapan dengan suatu
masalah.
Kembali lagi, penyebab adanya perilaku negatif ini karena perasaan panik, takut, dan cemas yang menghantui, serta pola pikir masyarakat yang kuno tadi dalam menghadapi masalah. Maka dari itu mindset modern sangat bermanfaat dalam menentukan langkah atau tindakan yang tepat agar tidak berperilaku negatif ketika menghadapi masalah, dalam kasus ini berupa pandemi COVID-19. Self-Awareness mempunyai peran sangat penting, dan hal tersebut harus ditumbuhkan di semua masyarakat agar bisa berperilaku dan berpikir rasional.
Ketika seseorang tidak berpikir serta berperilaku secara
rasional, maka kericuhan yang terjadi tidak hanya semata-mata kericuhan sosial,
tetapi juga bisa memicu kekerasan dan bentrok. Tentunya kita tidak mau hal ini
terjadi ketika masalah pandemi ini masih eksis. Perilaku tersebut sama sekali
tidak membantu mengatasi masalah, malah akan memperburuk situasi serta kondisi
dan semakin membuat masyarakat yang netral menjadi takut dan cemas.
Dari uraian di atas, urgensi yang harus diterapkan di masa
pandemi ini adalah bagaimana masyarakat bisa berpikir positif dan berperilaku
rasional, di tengah-tengah mindset konservatif yang masih kental di sebagaian
masyarakat. Urgensi ini mempunyai peran penting untuk mengondisikan masyarakat
agar tidak terlalu berlarut-larut dalam kepanikan, ketakutan, dan kecemasan.
Tentunya hal ini tidak semata-mata bisa diterapkan, namun dukungan dari
generasi millenial akan sangat membantu untuk mengedukasi masyarakat agar lebih
berfikir positif serta berperilaku rasional.
Mengapa harus generasi millenial? Karena generasi ini
digadang-gadang mempunyai pola pikir atau mindset yang berbeda dengan
generasi-generasi sebelumnya. Generasi millenial lebih open-minded dalam
melihat suatu permasalahan, mereka tidak hanya memandang suatu masalah sebagai
hal negatif, tetapi mereka juga bisa mencari makna positif terhadap munculnya
suatu masalah sehingga hal tersebut bisa menjadi suatu pengalaman agar di masa
depan kita bisa mencegah terjadinya hal serupa (upaya preventif) , atau malah
sebagai cara untuk hidup berdampingan dengan masalah tanpa berimbas negatif di
kehidupan sehari-hari. Imbas dari mindset yang open-minded membuat generasi
millenial bisa menetukan langkah atau perilaku rasional sebagai aksi untuk
menghadapi masalah.
Jika dibandingkan dengan generasi-generasi terdahulu yang masih
berpikiran kuno atau konservatif, tentunya terdapat banyak gap di antara
keduanya. Generasi terdahulu pasti menghubungkan peristiwa atau masalah (dalam
hal ini pandemi COVID-19) dengan suatu kepercayaan atau mitos yang eksis di
masyarakat. Tentunya mitos ini tidak terbukti secara faktual karena hanya
berdasarkan asumsi masyarakat terdahulu. Jika suatu hal yang tidak faktual dilakukan, maka efektivitasnya pasti akan dipertanyakan. Tidak hanya efektivitas,
tapi kemungkinan adanya dampak atau efek buruk yang terjadi ketika masyarakat
menyebarluaskan serta melakukan suatu perintah dalam mitos tentunya sangat
berbahaya hingga yang terburuk bisa menyebabkan kematian.
Contoh mitos dari pandemi COVID-19 yang bisa menyebabkan
kematian adalah minum alkohol yang banyak dapat mencegah penularan corona. Hal
tersebut tentunya sangat salah dan sangat mematikan jika masyarakat awam
melakukannya. Padahal faktanya, konsumsi alkohol tak terbukti bisa mencegah
corona. Alkohol hanya disarankan sebagai bahan hand sanitizer untuk mencuci
tangan ketika tak ada akses ke air dan sabun.
Itu baru 1 mitos saja yang saya paparkan. Masih ada banyak mitos lain yang ngawur serta salah kaprah akibat pemikiran konservatif tanpa dasar yang kuat, hanya berdasar asumsi semata, mereka sering menyebutnya "kata orang jaman dulu". Maka dari itu mengapa generasi millenial sangat berperan penting dalam mengedukasi masyarakat yang masih berpikiran konservatif dalam menghadapi pandemi COVID-19. Secara tidak langsung, generasi millenial mempunyai andil yang cukup besar dalam menangani pandemi ini. Mereka membuat perubahan yang awalnya masyarakat sangat takut dan cemas menghadapi pandemi karena mematikan dan mudah menyebar, menjadi pandemi yang dapat di kontrol dan masyarakat dapat hidup berdampingan dengan COVID-19. Hal tersebut karena mindset yang positif dan perilaku rasional yang muncul karena pikiran kita yang sudah tepat dan baik. Marilah kita edukasi masyarakat luas agar mereka tidak hidup dalam ketakutan dan kecemasan, melainkan kehidupan yang normal dan berdampingan dengan pandemi.
Instansi : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
"Essay ini dibuat sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Kesehatan Mental dalam rangka merayakan hari kesehatan mental sedunia, sebagai perwakilan dari kelompok 2 kelas 2019B."
0 Komentar