Bodoamat

Cerita Pendek Bodoamat

Aku kedatangan tamu malam ini. Seorang teman lama yang kebetulan singgah di kota tempatku tinggal karena urusan pekerjaan. Teman ini sifatnya tak pernah berubah sejak zaman bahula. Panggil saja teman ini Dedi. Karena sifatnya inilah aku agak risih saat dia bertamu di rumah kecilku. Bukan bermaksud apa-apa. Memang sifatnya ini sangat menyebalkan. Sampai-sampai kalau kau jadi aku, kau pasti lebih memilih menemani kambing daripada menemani dia. Sungguh.

Singkat cerita saat dia kupersilahkan duduk, Dedi ini langsung saja mengambil rokok yang tergeletak di meja dan langsung mengisapnya. Tentu saja itu rokokku. Dia mengisapnya tanpa beban apapun. Aku mencoba bersabar dan membuatkannya kopi. Sesaat setelah aku keluar dari dapur, aku menyadari rokokku sudah berkurang 3 biji. Manusia macam apa dia seenaknya menghabiskan rokok orang. Lagi-lagi aku memilih bersabar.

"Apa kabar, Jun? Gua lihat lu makin makmur aja nih sejak lulus kuliah." kata si Dedi.

"Baik, kok, Ded." jawabku setengah hati.

"Wah syukur, deh. Lu pasti kaget apa yang sudah gua lakuin tadi siang, Jun."

Tanpa diminta pun sebenarnya dia akan tetap menceritakan ceritanya yang tidak penting. Tapi aku memutuskan untuk berpura-pura tertarik dengan ceritanya itu.

"Emangnya apa, Ded?"

"Tadi saat gua masih di Simpang Lima sana, kan masih lampu merah, tuh. Nah ada pengemis dateng. Dua orang dia. Ibu sama anak gitu. 'Pak, sedekahnya, pak. Dua hari belom makan, pak. Sisa makanan juga boleh, pak' kata si ibu."

"Abis itu?" 

"Aku ambil roti yang kebetulan dapet dari rapat kerja tadi. Si ibu ini matanya berkaca-kaca, hampir nangis, Jun. Tapi pas mau gua kasih ke si ibu, roti ini gua lahap sampai abis di depannya, Jun. Ngakak banget sumpah." Dedi tertawa terbahak-bahak setelah menceritakan itu.

"Astaga lu, kok, gitu, Ded?"

"Ya gua bodoamat lah. Mau dia gak makan dua hari kek tiga hari kek, bukan urusan gua. Kalo mau makan, kerja. Bukan minta-minta kek gitu. Orang masih sehat juga."

"Kebangetan, sih, lu, Ded."

"Udah ah udah. Seru juga ngerjain orang kayak gitu."

Kami berdua berbincang hampir satu setengah jam lamanya. Hari sudah mulai larut. Temanku yang menyebalkan pamit pulang. Sebelum pamit dia sempat mengatakan sesuatu padaku. Lebih tepatnya meminta.

"Eh, Jun. Gua boleh gak minjem duit dulu. Buat bayar kontrakan nih. Duit gua udah abis buat mbredel motor gua. Mana gajian masih lama." pinta dia.

"Lu masih sehat kan, Ded?"

"Masih lah, Jun."

"Masih bisa kerja juga dong?"

"Masih."

"Ya gua bodoamat lah. Lu kan masih sanggup kerja."

Dedi tercengang mendengar perkataanku. Tampaknya dia malu. Kemudian buru-buru pergi. Dunia ini penuh dengan bodoamat.

0 Komentar