Waktu Si Pemalas



Apa pandangan orang saat mendengar kata "pemalas"? Sudah pasti mereka akan mengatakan kalau pemalas itu tidak berguna, tidak mau berusaha, suka membuang waktu, dan kata-kata mutiara lainnya. Membuang waktu kata mereka. Tapi mereka semua tidak sadar kalau mereka pun sedang membuang waktu. Buat apa mengomentari kehidupan seorang pemalas? Buat apa menghakimi pemalas dengan cercaan dan perkataan negatif? Bukankah itu semua juga membuang-buang waktu? Jadi apa bedanya mereka dengan pemalas yang katanya membuang-buang waktu itu? Apalagi yang membuat tulisan ini. Pastinya sangat membuang-buang waktu!

Pemalas pun sebenarnya tahu dan setuju kalau waktu itu berharga. Hanya saja jiwa pemalas dan raga pemalas mereka itu sudah berkonspirasi. Konspirasi buat mengalahkan pikiran otak mereka. Jadi tidak adil, dua lawan satu. Seperti pola baku hantam pemuda Indonesia saat ini. Berani saat beramai-ramai, takut saat one by one. Cemen, seperti yang nulis tulisan ini

Jadi, apa yang bisa dipakai buat menyeimbangkan ketidakadilan personal tadi? Jawabannya motivasi dari luar. Entah itu motivasi dari orang tua, sanak saudara, pacar, gebetan, atau mantan terindah sekalipun. Yang penting ada buat bahan motivasi.

Waktu berharga karena gak bisa diputar kembali, pemalas sangat setuju. Karena yang bisa diputar itu analog PS, bukan waktu. Karena itu pemalas lebih suka main PS daripada terjebak di masa lalu. Masa lalu kan juga waktu. Jadi, pemalas itu tidak suka terlibat dalam jebakan waktu, apalagi jebakan tikus. Ogah. Bau! Kayak yang baca ini.

Orang bijak bilang "Time is money", waktu adalah uang. Omong kosong. Waktu ya waktu, uang ya uang. Kalau waktu adalah uang, gak ada yang namanya orang miskin karena semua orang punya banyak waktu. Kalau benar waktu adalah uang, yang miskin pun harusnya orang-orang yang mati muda dan yang paling kaya itu orang-orang tua yang berumur panjang. Money ndasmu.

Kata orang pemalas itu susah maju. Pemalas itu terjebak zona nyaman. Gak berani ambil resiko katanya. Kalau dipikir-pikir sih ada bagusnya. Coba bayangkan kalau pemalas ini keluar zona nyaman saat sedang malas-malasnya. Wuih bisa hancur. Percuma juga kalau berani ambil resiko dan keluar zona nyaman tapi gak punya persiapan. Misalnya ada seorang karyawan perusahaan, berpenghasilan 5 juta per bulan. Pengen lebih, kemakan omongan motivator-motivator bisnis "Keluarlah dari zona nyaman, buat uang bekerja untukmu. Bukan kamu bekerja untuk uang." Halah bullshit.

Si karyawan akhirnya resign dari kerjaannya. Punya banyak tabungan dibuat bisnis. Gak punya ilmu bisnis akhirnya bangkrut dan gaada backup modal sama sekali. Ya mending jadi pemalas aja lah hahaha.

Jangan remehkan pemalas. Sebab pemalas bakal jadi orang yang paling giat kalau dia udah gerak. Jangan-jangan yang ngatain pemalas bakal kalah giat, hehehe. Dan yang ngatain bakal bilang lagi "Lu mah enak blablabla". Dasar manusia.

0 Komentar